yippiyy, balik lagi nih w, w lagi pengen nyoba nulis semacam cerpen ber-series mungkin kek novel kali yaa, menurut kalian bagus gak ? baca yaa :)
***
Mengapa dewa asmara tidak memiliki keajaiban? Tidak ada panah. Tidak
ada sayap. Tidak bisa memberi bunga.
Dewa asmara tidak membutuhkan
keajaiban. Karena cinta sendiri adalah sebuah keajaiban. Setiap orang memiliki
keajaibannya masing-masing. Hanya perlu menghubungkannya satu dengan yang lain.
***
"Def, lo kan temen baik gue nih. Lo bantuin gue ya."
"Bantu apaan ?"
"Gue sekarang lagi naksir anak nih, dan gue tahu, lo orang yang
tepat yang bisa gue andalkan. Bantuin gue deketin dia ya."
"Oke, gak masalah, cewek mana yang lo taksir ?"
"Dia anak kelas sebelah, ntar gue kasih tau deh."
***
"Mana nih, cewek yang lo bilang ?"
"Sabar, bentar lagi juga nongol."
"Duh, kayak setan aja pake nongol segala."
"Nah, tuh tuh, yang rambutnya panjang dikuncir rapi."
"Yang mana sih ?"
"Duh, pake kacamata lo Def."
"Oiya, sori."
"Itu loh. Yang lagi ke arah sini. Dia yang tinggi yang depan
sendiri."
"Oliv ?"
"Nah, iya bener. Kalo gak salah nama panjangnya Olivia Cemara,
bagus ya. Cantik kayak orangnya."
"Bukan itu maksud gue."
"Eh, dia melambai ke gue. Duh, senengnya."
Dag, dig, dug.
"Hai Def. Boleh gue gabung sama lo ?"
"Boleh kok, duduk aja, eh, Def ? Bukan gue ?"
"Iya duduk aja, Liv."
***
"Kok lo bisa kenal sama Oliv ? Padahal kan, dia baru aja pindah ke
sekolah kita."
"Dia temen SMP gue dulu."
"Ooh, berarti besar kemungkinannya dong, kalo gue bisa dapetin
Oliv."
"Maksud lo ?"
"Ya, secara lo temennya dulu, berarti lo kenal deket sama dia kan.
Jadi, gue bisa jadian sama dia deh, hehe."
"Oh."
"Lo kenapa sih, jadi jutek gitu. PMS lo ?"
"Lo kali, udah kayak emak-emak aja cerewetnya. Udah ah, gue balik
duluan ya."
"Oyi bro."
***
"Oliv ? Ngapain kamu masih disini ? Kok gak pulang ?"
"Aku nunggu jemputan, tapi kayaknya bakal lama. Kamu sendiri
?"
"Habis,"
"Fotografi ?"
"Ya."
"Huh, kamu gak berubah sama sekali ya."
"Hm."
"Def, mau nemenin aku gak ?"
"Okay."
"Def, menurut kamu, apa kita masih bisa ?"
Hening.
"Aku gak tau."
"Hmm, tau gak Def, kata orang, cinta adalah sebuah tanda dari
langit, bahwa seseorang itu ada disini untuk sebuah alasan. Dan bagiku, alasan aku ada
disini, itu karenamu."
"Kamu pindah jauh dari Jakarta kesini hanya karena alasan sepele
itu ? Gak masuk akal deh. Mending kamu buruan balik kesana. Ini bukan tempat
untuk main-main, Liv"
"Def tunggu, jangan pergi. Aku gak mungkin menyerah gitu aja."
"Terdengar keras kepala seperti biasa."
"Begitulah."
"Liv, dengerin ya. Dulu, emang semua antara kita baik-baik aja.
Dan sampai sekarang bakal baik-baik aja. Kita cuma beda status. Gak akan ada
yang berubah, kita masih akan jadi temen baik."
"Gak, aku gak mau. Diantara kita gak baik-baik Def. Kamu tau
itu."
"Itu udah lalu Liv. Aku bisa aja mencintaimu dan mengatakannya.
Namun ketika kau pergi, dan saat kau kembali. Bagiku cinta adalah kata yang
terlupakan."
Hening.
"Huh, begitu ya. Salah waktu itu."
"Enggak. Gak ada yang salah. Semua hanya berjalan sebagaimana
mestinya."
"Apa kamu yakin, diantara kita masih baik-baik aja ?"
"Hm, harus berapa kali aku ngomong sih. Kita masih akan jadi teman
baik kok. Aku bakal selalu ada buat kamu. Tapi gak kayak dulu. Kamu ngerti
?"
"Iya, aku ngerti."
"Eh, tuh udah di jemput. Sana gih."
"Ya udah, aku duluan ya Def. Kamu hati-hati naik motornya. Jangan
ngebut. Bye."
"Iya." Menatap langit yang terlihat lebih membiru. "Kamu masih sama seperti dulu. Kamu yang dulu ku cinta."
***
"Def, gimana ? Apa langkah awal lo ?"
"Bantuin dia move on."
"Wow, wow, cepet banget lo dapet infonya. Dapet dari siapa lo ? Lo gak
ikut ngegosip bareng cewek-cewek di pojokkan itu kan ?"
"Emang lo kira gue apaan. Duh, mau dibantuin gak sih ? Cerewet
mulu lo."
"Iya deh iya."
"Oke, first step. Selalu sapa dia, jangan lupa tunjukin cengiran
terbaik lo. Tapi jangan lebay, tetep tunjukin sisi ganteng dan cool."
"Cukup mudah."
"Enggak segampang yang lo kira." 'Enggak kalo lo tahu, mantannya yang kasih instruksi lo'
"Oh ya ?"
"Coba aja."
"Oke. Tunggu dia lewat."
"Kelamaan lo. Samperin aja tuh."
"Gengsi ah, noh liat. Dia lagi sama temen-temennya."
"Cemen lo. Nih liat gue."
***
'Eh Cin, liat tuh. Ada kak Def. Duh ganteng ya.'
'Iya, Bry. Eh daritadi dia ngelirik ke arah gue.'
'Bukan kali, dia tuh ngelirik ke gue. Secara gue tuh Bryna, gue lebih cantik daripada lo.'
'Sadar kali, ada Oliv yang lebih cantik dari lo.'
'Kalian ngomongin apaan sih ?'
'Tuh, lihat cowok di sebelah sana. Yang pake kacamata, ganteng ya.'
'Oh, Def. Ya lumayan lah.'
'Lo kenal dia ? Padahal kan lo baru aja pindah kesini ?'
'Secara kan, Def itu kan udah terkenal seantero sekolah. Pasti Oliv tau lah.'
'Oh ya. Wah kalo itu sih gue baru tau. Padahal mantan gue yang satu itu, menurut gue biasa aja.'
'Hah ? Mantan ?'
'Oliv, mantannya Def ?'
'Demi apa, Def itu mantan lo ? Tapi gak heran sih, lo berdua serasi kok.'
'Udah ah, jangan kenceng-kenceng. Malu tau.'
'Ya ampun Liv. Lo malu punya mantan yang jadi kecengan semua cewek di sekolah kita ini ?'
'Ya jelaslah. Orang kalian ngomong pake toa.'
'Eh, iya deh maaf.'
'Trus. Apa alasan kalian putus ?'
'Iya, Bry. Eh daritadi dia ngelirik ke arah gue.'
'Bukan kali, dia tuh ngelirik ke gue. Secara gue tuh Bryna, gue lebih cantik daripada lo.'
'Sadar kali, ada Oliv yang lebih cantik dari lo.'
'Kalian ngomongin apaan sih ?'
'Tuh, lihat cowok di sebelah sana. Yang pake kacamata, ganteng ya.'
'Oh, Def. Ya lumayan lah.'
'Lo kenal dia ? Padahal kan lo baru aja pindah kesini ?'
'Secara kan, Def itu kan udah terkenal seantero sekolah. Pasti Oliv tau lah.'
'Oh ya. Wah kalo itu sih gue baru tau. Padahal mantan gue yang satu itu, menurut gue biasa aja.'
'Hah ? Mantan ?'
'Oliv, mantannya Def ?'
'Demi apa, Def itu mantan lo ? Tapi gak heran sih, lo berdua serasi kok.'
'Udah ah, jangan kenceng-kenceng. Malu tau.'
'Ya ampun Liv. Lo malu punya mantan yang jadi kecengan semua cewek di sekolah kita ini ?'
'Ya jelaslah. Orang kalian ngomong pake toa.'
'Eh, iya deh maaf.'
'Trus. Apa alasan kalian putus ?'
***
"Hai Cin, Bry, Oliv."
"Hai juga, Def."
'Hm."
"Ya ampun. Demi apa, gue barusan disapa sama Def."
"Iya, gue juga. Ah, senengnya."
"Huh, lebay."
"Lo kenapa gak bales sapaan dia Liv ?"
"Ya ampun, ini kejadian yang langka banget tau gak ? Ya kan Cin."
"Ehm, gue biasa aja kok, emang gue harus gimana kalo dia sapa
?"
"Duh, Olivia sayang. Paling gak say hi juga dong ke dia."
"Emang kalo cuma gue bales pake senyum doang kurang ya ?"
"Oliiivvv."
'Salah gue apa ?"
***
"See ?"
"Wew, lo emang keren Def. Pantes semua cewek ngincer lo. Taktik lo
selalu berhasil. Gue suka gaya lo."
"Muji nih ceritanya ?"
"Elah, sekali- kali deh. Oh ya, ntar istirahat ajak gue kenalan
sama dia ya."
"Oke sip."
***
"Hei Def, gue duduk sini ya ?"
"Duduk aja. Oh ya, kenalin nih temen sekelas gue, namanya Raga
Gali."
"Gali."
"Oliv."
"Nah, gue mau beli minum dulu ya. Ada yang mau nitip ?"
"Gue, es jeruk satu."
"Oliv ?"
"Gue gak usah, masih ada nih."
"Oh, oke."
Hening.
"Nama panjang lo Olivia Cemara ?"
"Iya, emang kenapa ? Aneh ya ?"
"Cantik kali. Cemara itu kan artinya cahaya yang terang. Cocok sama
lo. Kayaknya gue bakal butuh lo deh."
"Buat apa ? Kalo gak susah, gue usahain bantu deh."
"Gak susah kok, cuma gue butuh dituntun aja."
"Emangnya lo buta ? Gak bisa jalan sendiri ?"
"Enggak, tapi hidup gue selalu gelap. Gue butuh lo buat nerangin
hidup gue. Biar gue gak tersesat lagi."
"Aishh, gombal lo. Eh, terus Gali itu artinya apaan ?"
"Oh, Gali itu artinya penjahat kapal ?"
"Oh ya, lo kok bisa tau ?"
"Bisa dong, keren ya, kayak bajak laut, haha."
Dari kejauhan, "Syukur deh, ada orang yang bisa buat lo ketawa selain gue."
Brakk. Keduanya jatuh tersungkur, diam, dan saling menatap. Hening. Lalu gadis yang menabraknya itu menatap dingin, bangkit dan meninggalkan Def yang masih terduduk bingung.
"Hei, harusnya lo minta maaf ke kak Def dong."
Def tersenyum mengerti, "Maaf, gue gak sengaja nabrak lo." Gadis itu berbalik sekilas, menatap tajam Def, tapi Def hanya terkejut.
Drtt, drtt.. Def bangkit dari duduknya, dan mengambil gadgetnya yang lain.
Mission 17 : Alora Xevanje
Ia menatap kembali punggung gadis yang meninggalkannya itu.
"Def, lo gak papa, ada yang luka ?"
"Gak apa kok Liv." Def menepuk lembut kepala Oliv.
***